Obligasi pemerintah Australia telah mengalami reli yang cukup tajam sepanjang tahun ini, sementara investor berusaha menghindari investasi di Euro zone yang relatif sangat beresiko dan di sisi lain menjanjikan pengembalian yang lebih besar daripada US Treasurys.
Banyak investor memang terpancing oleh rating utang AAA yang dimiliki oleh Australia. Dalam hal ini Australia memang banyak beruntung dari peningkatan penghasilan pajak dari boom pertambangan dan berkurangnya pengeluaran pemerintah. Beban utang Australia diperkirakan hanya berada pada kisaran paling tinggi 10 % dari GDP nya tahun ini, dan kemudian turun lagi. Pencapaian yang tentunya luar biasa dibandingkan dengan ekonomi negara maju lainnya yang rata-rata bisa mencapai 93 % pada 2016.
“Anda dapat menyebut Australia sebagai tempat berlindung yang secara relatif cukup aman,” ujar Steve Miller, head of Australia fixed income.
Dengan kontribusi pertambangan sekitar 7% dari GDP, perekonomian Australia sudah sejak lama dihubungkan dengan permintaan dan pasar komoditas dari Cina, pelanggan terbesar Australia. investor mengabaikan resiko harga obligasi, dengan beralih kepada potensi yield yang bisa didapat.
Banyak manajer investasi menemukan bahwa investor rela menanggung resiko potensi penurunan harga demi yield yang menjanjikan walaupun obligasi pemerintah Australia telah mencapai puncaknya.
Australia Selaku Teman Dekat Cina
Investor luar negeri tercatat membeli obligasi ini hingga mencapai senilai 62 miliar dolar tahun ini hingga 31 Maret, yang setara dengan 4.3 persen dari GDP. Saat ini kepemilikan asing telah berlipat ganda hingga mencapai 80 persen.
Jika perekonomian Cina menurun secara signifikan, yang secara langung merupakan dampak dari penurunan permintaan dan harga yang lebih mura terhadap metal dan batu bara dari Australia, maka Aussie dollar akan jatuh dan ikut mempengaruhi nilai obligasi Australia juga.
Dalam kasus terparah, jika dollar Australia terus naik, bank sentral terpaksa harus menambah jumlah uang ke sistem finansial, atau mengimplementasikan kontrol untuk menjaga kestabilan nilai uangnya.
Ketika ekonomi Australia secara langsung telah menjadi peralihan dari krisis hutang zona Euro, perlambatan ekonomi global juga berpotensi menjadi boomerang bagi perekonomian Australia.
Optimisme akan perekonomian Australia yang bisa menghilang dengan cepat masih menjadi permasalahan hingga saat ini. Hal ini terkait dengan partner utama Australia yakni Cina yang mengalami perlambatan. Kepercayaan akan tindakan bank central Cina untuk memberi stimulus telah menjadi obat tersendiri bagi terus melaju kencangnya pembelian obligasi pemerintah Australia. “Dalam hal ini bahkan tidak ada ruang bagi saya untuk melihat lampu kuning bagi terus melajunya obligasi Australia”, ujar Jack McIntyre, manajer investasi di Brandywine Global Investment Management LLC di Philladelphia.
PS: Tulisan ini sepenuhnya menjadi hak milik dari Vibiznews.com, tempat dimana penulis melakukan magang.
No comments:
Post a Comment