Thursday, August 23, 2012

Lim Sioe Long dan Kontroversinya Sebagai Peletak Dasar Bisnis Modern Sepanjang Kemerdekaan Indonesia



Masih ingatkah anda dengan Lim Sioe Long? Mantan orang terkaya nomor satu di Indonesia dan Asia ini baru saja meninggal dunia beberapa bulan yang lalu terkait penyakit tua yang dideritanya. 

Di tengah berbagai kontroversi yang dihadirkannya ketika periode Orde Baru, banyak yang belum tahu bahwa dialah pahlawan di balik layar tumbuh dan berkembangnya dunia bisnis modern di Indonesia.

Bahkan tanpa bantuan darinya dan teman-teman, tentunya langkah TNI untuk mempertahankan kemerdekaan dari serbuan Belanda selama periode revolusi dari 1945-1949 akan semakin terjal. 

Bisa dibilang dia merupakan salah satu saksi utama yang menyaksikan bagaimana perekonomian Indonesia tumbuh dan berkembang mulai dari zaman penjajahan Belanda, Jepang, sekutu (Belanda & Inggris), pemerintahan revolusi Soekarno, Orde Baru Soeharto, hingga zaman reformasi.

Datang langsung dari dataran Cina, beliau datang dengan pengetahuan hampir nol besar terhadap perekonomian di Indonesia. Bermodalkan kakaknya yang sudah terlebih dahulu menginjakkan kaki di Indonesia, ia memberanikan diri untuk datang. 

Akan tetapi beliau mungkin memang telah ditakdirkan untuk menjadi pengusaha sukses di Indonesia. Bisnisnya yang sempat collapse selama invasi Jepang dan para pedagangnya menumbuhkan jiwa nasionalismenya untuk benar-benar membantu pemerintahan Indonesia mempertahankan kemerdekaan pasca menyerahnya Jepang ke tangan sekutu.

Lim Sioe Long tercatat aktif memberikan sumbangan obat-obatan, pakaian militer, dan sejata untuk membantu TNI mempertahankan kemerdekaan dari sekutu. Semua dana yang digunakan berasal dari kas dan bisnis pribadinya. 

Inilah pintu utama yang membuka Lim Sioe Long berkenalan dengan para petinggi-petinggi militer dan Pak Harto yang saat itu masih merupakan Panglima Kodam Diponegoro.

Lantas begitu lengsernya kekuasaaan Bung Karno, maka Pak Harto dan elit militernya menganggap penting untuk mengangkat konglomerasi pengusaha yang mampu menjadi pilar ekonomi di Indonesia. Kelompok masyarakat Tionghoa pun akhirnya dijadikan pilihan oleh Pak Harto. 

Selain untuk membalas budi baik SiaoLong selama upaya mempertahankan kemerdekaan, masyarakat Tionghoa dianggap sebagai kaum terdidik yang telah terlatih untuk menjalankan dunia bisnis di Indonesia saat itu.

Selain itu beredar berbagai isu bahwa masyarakat Tionghoa tidak tertarik akan kedudukan politik sehingga secara tidak langsung upaya Soeharto ini tidak akan membahayakan posisi politiknya. Solusi memakmurkan Indonesia tanpa membuat posisinya rawan tentu menjadi jawaban sempurna bagi Pak Harto.

Tercatat, Lim SiaoLong mendapat kesempatan untuk menjadi pengusaha cengkeh yang merupakan salah satu produk unggulan Indonesia khususnya di Kudus, selain itu menjadi importir tunggal tepung yang saat itu memang belum popular di Indonesia. 

Visi bisnisnya yang jauh ke depan membuatnya menjadi importir utama tepung untuk menjadi substitusi beras. Hal ini memang dianggap beberapa pihak yang kontra sebagai pintu awal kerawanan pangan di Indonesia. Akan tetapi dari sanalah kemudian beliau mendirikan PT. Indofood yang kemudian produknya melanglangbuana ke seluruh dunia untuk mewakili Indonesia.

Berikutnya beliau juga terjun ke dunia perbankan sebagai sektor strategis untuk menopang kemajuan perekonomian di Indonesia hingga akhirnya mampu menjadi bank terbesar di Indonesia saat itu.

Masih banyak lagi bisnis yang dipelopori beliau mulai dari yang penuh resiko seperti industri baja hingga industri merakyat yang mampu bertahan sepanjang masa mulai dari kayu lapis, otomotif, dan masih banyak lagi.

Akan tetapi berakhirnya kekuasaan Soeharto memang hampir secara langsung mengakhiri kekuasaan bisnisnya di Indonesia. Tindakan warga yang mengobrak-abrik rumahnya di Jakarta membuatnya mengalami trauma sehingga memilih tinggal di Singapura. 

Memang terkadang beliau datang ke Indonesia untuk kunjungan bisnisnya, tetapi tampak jelas bahwa trauma berkelanjutan ini memilihnya untuk lebih berinvestasi di luar negeri. Kini sosok yang penuh kontroversi ini memang telah tutup usia, tetapi spiritnya untuk memajukan perekonomian Indonesia tentu harus tetap dijunjungtinggi oleh generasi muda.

No comments:

Post a Comment